Next Step: Being an Au-Pair in Germany

What is an Au-Pair?
An au pair (plural: au pairs) is a domestic assistant from a foreign country working for, and living as part of, a host family. Typically, au pairs take on a share of the family’s responsibility for childcare as well as some housework, and receive a small monetaryallowance for personal use. Au pair schemes are subject to government restrictions which specify an age range usually from late teens to mid to late twenties. In Europe, where the concept originated, au pairs are only supposed to work part-time, and they often also study part-time, generally focusing on the language of the host country, but in the United States, they are permitted to provide full-time childcare.(source: http://en.wikipedia.org/wiki/Au_pair)
To find more about Au-Pair, please just google it. ^^
What I want to share in this post is about my next step of life: to be an Au-Pair in Germany. 

1. Awal Mula Muncul Keinginan untuk Au-Pair
Awalnya, saya sama sekali enggak tahu tentang Au-Pair sampai saat duduk di kelas 3 SMA saya bertemu dengan mbak Rini di @tobucil saat mengikuti kelas menulis di sana. Beliau bercerita bahwa ia pernah pergi ke Jerman untuk menjadi Au-Pair dan sedang berpacaran dengan seorang pria Jerman (sekarang sudah menjadi suaminya). Saya lantas penasaran: apa itu Au-Pair dan bagaimana cara kerjanya? Karena jujur saja, saya sangat ingin menginjakkan kaki di tanah Eropa tapi sayangnya saya bukan berasal dari keluarga yang bisa menghabiskan uangnya untuk berlibur di Eropa.
Setelah itu Mbak Rini menjelaskan Au-Pair secara singkat dan sederhana. Seorang Au-Pair tinggal di rumah sebuah keluarga Jerman, menjadi bagian dari keluarga itu sebagai kakak tertua yang akan membantu keluarga itu mengurus anaknya. belajar kebudayaan Jerman, dan yang paling utama adalah harus mengikuti kursus bahasa Jerman. Seorang Au-Pair akan diberi uang saku setiap bulan. Biasanya, modal yang harus dikeluarkan seorang Au-Pair hanyalah tiket pesawat dan biaya visa.
Saya yang tipikal orangnya suka petualangan langsung merasa sangat excited dengan adanya program tersebut. Tapi berhubung saat itu saya masih duduk di kelas 3 SMA dan baru saja diterima di Universitas Indonesia Depok, saya menyimpan keinginan itu terlebih dahulu dengan tekad akan mengeluarkannya lagi setelah mendekati kelulusan kuliah.

2. Memasuki Semester ke-5 di Kampus
Setelah memasuki semester 5, saya mulai teringat akan keinginan saya untuk menjadi Au-Pair. Saya kembali menghubungi Mbak Rini untuk menanyakan persiapan yang harus dilakukan untuk menjadi Au-Pair. Mbak Rini menjelaskan bahwa saya harus paling tidak memiliki sertifikat bahasa A1 Jerman untuk apply visa. Sertifikat hanya bisa didapatkan di Goethe Institut, namun pembelajaran bisa dilakukan di mana saja.Kebetulan di kampus saya terdapat lembaga kursus bahasa yang biayanya tidak terlalu mahal (Lembaga Bahasa Internasional FIB): hanya Rp 1.000.000 untuk 3 bulan (1 tingkat). Saya bisa memenuhi tahap A1 dengan mengikuti 3 tingkat kursus yaitu A1.1, A1.2, dan A1.3. Kebetulan pula saat itu saya sedang mendapatkan beasiswa dari Women International Club sehingga sebagian besar uang kursus bisa saya bayar dari uang beasiswa tersebut.
image
Singkat cerita, saya berhasil mempelajari bahasa Jerman tingkat awal dengan baik di Lembaga Bahasa Internasional. Sayangnya, mereka tidak membuka kelas untuk tingkat A1.3 karena kurangnya siswa yang mendaftar. Terpaksa saya harus pindah ke Goethe Institut yang biayanya hampir 2x lipat dan letaknya cukup jauh dari Depok untuk mengikuti tingkat akhir tersebut. Lucunya, saya mendapatkan tingkat A2.2 saat mengikuti placement test di Goethe namun karena saya mengincar sertifikat A1, saya menolak untuk dimasukkan ke tingkat A2.2.
image
3. Mencari Host Family
Sambil belajar bahasa Jerman, saya juga terus berusaha menemukan host family di Jerman yang berminat menjadikan saya sebagai Au-Pair mereka. Berkat google, saya menemukan salah satu situs yang menyediakan jasa bagi calon Au-Pair untuk mencari keluara atau pun calon host family untuk mencari Au-Pair. Website tersebut adalah www.aupair-world.net.
Setelah sempat beberapa kali berhubungan dengan beberapa keluarga, akhirnya saya sampai kepada satu keluarga yang secara pasti menerima saya sebagai Au-Pair mereka. Keluarga tersebut memiliki 2 orang anak laki-laki berumur 1 dan 3 tahun bernama Paul dan Max. Mereka anak-anak yang sangat lucu. Berikut adalah foto-foto keluarga tersebut.
image
image
image
Saya pun rutin saling mengirim email dengan sang Ibu untuk membicarakan berbagai hal mengenai keberangkatan saya di bulan September. For Your Information, saya mengurus keberangkatan saya bersamaan dengan pengerjaan skripsi saya yang saat itu belum saya bisa pastikan bisa selesai semester 8 atau tidak. Tapi saya hanya bisa beriman kepada Tuhan dan memberikan yang terbaik baik untuk skripsi saya maupun untuk calon keluarga tamu saya.
4. Proses Pengurusan Visa
Proses mengurus visa Au-Pair ke Jerman ternyata sangat mudah. Pertama-tama, kita harus masuk ke website Kedutaan Republik Jerman di Jakarta: http://www.jakarta.diplo.de/.
Dalam situs tersebut, kita harus membuat janji atau appointment untuk membuat visa. Saat saya membuat visa adalah saat yang sangat hectic karena bersamaan dengan waktu ajaran baru sehingga banyak pelajar yang akan membuat visa pelajar juga. Saya membuat janji pada bulan Mei dan baru mendapatkan waktu kosong pada bulan Juni.
Setelah itu, jangan lupa siapkan semua berkas yang ditentukan untuk pengajuan visa Au-Pair. Menurut situs, berikut adalah berkas yang harus dibawa saat mengajukan visa Au-Pair.
  1. Formulir asli + salinan (bisa diunduh di situs)
  2. Paspor asli + salinan
  3. 2 pasfoto latar belakang polos ukuran 3,5cm x 4,5cm (bisa dibuat di jalan Sabang tanpa harus memberi tahu ketentuan apa pun, cukup dengan menyebutkan nama negara dan mereka tahu apa yang harus dilakukan)
  4. Kontrak Au-Pair + salinan (dikirim melalui pos atau paket oleh keluarga tamu)
  5. Surat sponsor yang menjamin kursus bahasa Jerman + salinan (dikirim melalui pos atau paket oleh keluarga tamu)
  6. Sertifikat A1 asli + salinan (diperoleh melalui tes yang dilakukan di Goethe Institut. Tes dilaksanakan setiap bulan dengan biaya Rp 850.000)
Sangat mudah bukan? Kita bahkan tidak perlu membawa bukti reservasi tiket pesawat atau surat kesehatan. Tapi jangan lupa membawa bukti kalau kita sudah melakukan janji atau appointment pada tanggal tersebut berupa print dari email. Biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan visa Au-Pair adalah 60 Euro yang dibayarkan dalam rupiah.
Saya mengajukan pembuatan visa pada tanggal 4 Juni 2013 dan mendapat kabar bahwa visa saya sudah keluar pada tanggal 18 Juli 2013 (tepat sehari setelah saya resmi menjadi sarjana) :D
image
Pada hari yang sama, saya langsung mengecek harga tiket Jakarta-Frankfurt dari aplikasi Flights yang ada di handphone saya. Puji Tuhan saya mendapatkan harga 485 USD untuk penerbangan Etihad Airways pada tanggal 10 September 2013 pk 01.45. Puji Tuhan lagi, tabungan saya dari hasil mengajar dan mengumpulkan uang beasiswa sangat pas untuk membeli tiket tersebut. Saya langsung membeli tiket tersebut melalui teman parkour saya yang bekerja di travel agent, yaitu Ina.
5. Preparing!
Sekarang, sebulan menjelang keberangkatan saya, yang saya harus lakukan adalah bersiap. Saya sangat excited sekaligus sedikit takut dengan apa yang akan saya hadapi ke depannya. Masalah-masalah teknis seperti mencari baju untuk dipakai di musim dingin masih jadi pikiran saya. Tapi saya bersyukur punya keluarga yang sangat mendukung saya. Baik keluarga di Indonesia, maupun host family saya di Jerman. Saya juga punya pacar dan sahabat-sahabat yang selalu membantu saya. Saya tahu persiapan yang saya lakukan tidak akan begitu berat. Terima kasih Tuhan ^^
So, one year from now is about to be LEGEND… wait for it… DARY! :))
Wish me luck again :)

Komentar

  1. kak..boleh minta alamat e-mail nya gak?

    BalasHapus
  2. Mbak, aku mau tanya, kalo ngurus visa Aupair itu nggak perlu udah booking tiket dulu ya? Soalnya yang aku baca, syarat2 pengajuan visa itu harus udah punya kepastian di Jerman itu mau berangkatnya kapan (nunjukkin bukti booking tiket pesawat), trus mrk juga ingin tau nginap di hotel mana... untungnya aku aupair, jadi aku sudah tau akan tinggal dmn, karena udah dibuktikan sama surat kontrak. masalahnya skrg, aku ragu. Ada yg bilang tiket udah harus beli ketika melamar visa, ada yg bilang sebaliknya, bahwa boleh beli tiket setelah visa keluar.. kayak yang mb tulis di atas...
    terima kasih atas penjelasannya, mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo! Untuk apply visa aupair di Jerman kita nggak perlu nunjukin bukti pembelian tiket karena visa kita belum tentu keluar. Mbak-mbak di kedutaannya malah sempet bilang ke aku "jangan beli tiket dulu ya". Gituu :)
      Semoga membantu ^^

      Hapus
  3. Halo, mbak.. salam kenal :)
    infonya sangat membantu untuk yang mau Au Pair *seperti saya* ^^
    Vielen dank :))

    BalasHapus
  4. Halo Putri! Sama-sama! Senang membantu :)
    Sukses yaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, sukses juga buat mba Atha :)
      Btw aku sudah follow Twitter sama Path nya mba Atha, kalau berkenan mohon dikonfirmasi ya mba, biar nanti lebih mudah kalau mau tanya ^^

      Hapus
    2. Oke nanti Twitternya difollow back ya. Kalo Path, maaf temen aku udah 150 hihi :)

      Hapus
  5. Maaf mba, untuk buat appointment ke kedutaan caranya gimana ya mba?? masi bingung nih.... trus kalo buat ambil sertifikat di Goethe, sehabis tes musti nunggu berapa lama ya sampe hasilnya keluar? thanks :)

    BalasHapus
  6. Bikin janji ke kedutaan tinggal buka web kedutaannya. ada kok. kalau sertifikat A1 cepet kok, seinget saya kurang dari seminggu. tapi tesnya cuma ada satu bulan sekali. hehe. semoga membantu ya, maaf balesnya lama :D

    BalasHapus
  7. Mba Nathalie, bagaimana cara mendapatkan gastfamilie, sedangkan saya sudah buka profil salah satu gastfamilie di Jerman namun ndak bisa di kirim pesan... mohon arahannya.

    BalasHapus
  8. https://www.aupair-world.co.uk/aupair_detail?&a=2384310#letters
    Itu gastfamilie yang saya hubungi

    BalasHapus
    Balasan
    1. karena kamu gak bisa bikin profil di aupair world, kamu gak bisa kontak keluarganya.

      Hapus
  9. Your profile cannot be accepted

    Either your profile does not meet our requirements or the content of your profile is not in line with our Terms of Service.

    Therefore, you may not use Aupair World for your search.

    Please understand that we cannot communicate our criteria for profile verification and acceptance to the general public. This helps us to prevent manipulation during the registration process and to ensure the security of all our users.

    Tulisannya begitu mba, bagaimana ini.?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo. Itu artinya profil kamu enggak memenuhi kriteria Aupair World untuk membuat profil. Mereka gak bilang alasannya karena menjaga kerahasiaan dan manipulasi data. Berarti kamu gak bisa cari keluarga dari website itu. Kamu bisa coba cari agen dr Indonesia dan cari keluarga dari sana.

      Hapus
  10. Mba mau tanya dong, kan sekarang aku kelas 2 sma nih, aku ada rencana mau aupair juga lulus sma, nah bagusnya aku cari keluarga dari sekarang apa entaran aja kalo udah kelas 3? Makasih mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo nia, maaf sekali untuk balasan yg terlambat.. Menurutku sebaiknya kamu cari keluarga ketika sudah kelas 3 karena hostfam juga tidak mungkin sudah cari aupair untuk keberangkatan 2 tahun lagi :)

      Hapus
  11. mba mau tanya don , saya mau jadi aupair di UK . kalo di UK apa saya harus punya sertifikat bahasa inggris dulu . trus apa bisa saya ngajuin visa sambil nyertain invitation letter dari host familynya? thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo arif. Silakan baca info lengkapnya di https://www.aupairworld.com/en/au_pair_program/uk/au_pair/check

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer