Praha, Prag, Prague, Praga!

Di liburan paskah 2014 ini saya dapet kesempatan berkunjung ke salah satu kota paling cantik di dunia dan salah satu destinasi wajib para backpacker. Kota yang selama ini cuma bisa saya liat di TV atau buku; PRAHA! Yuhuu! Rasanya seneng banget bisa kesampean liat dan jalan-jalan di kota ini. Di post ini saya mau bagi-bagi sedikit cerita tentang perjalanan ke Praha selama kurang lebih 4 hari ini. Here we go.

1. Transportasi pulang pergi Bensheim - Praha

Keinginan saya ke kota ini sebenarnya udah muncul dari saat hostfam saya bilang kalau saya dapet libur dari hari Jumat sampai Senin. Sementara di Indonesia (dan banyak negara lain), libur Paskah itu cuma hari Jumat alias Good Friday atau di Jerman disebut Karfreitag, di Jerman liburannya ditambah hari Senin yang disebut dengan Ostermontag. Kata keluarga host saya sih, alasan libur hari Senin itu cuma untuk istirahat di rumah saja setelah beberapa hari sebelumnya semua orang "capek" ngerayain Paskah.

Setelah kepikiran untuk berkunjung ke Prague, saya mulai lihat-lihat harga transportasi menuju Prague mulai dari kereta, bis, sampe pesawat. Semua kemungkinan ternyata menunjukkan harga yang cukup mahal (karena hari libur, sih, ya). Akhirnya saya mengurungkan niat berkunjung ke Praha karena teman yang saya ajak pun kurang bersemangat.

Lucunya, seminggu sebelum libur paskah teman saya, Cinta, malah jadi yang paling bersemangat mengajak saya ke Praha. Akhirnya saya iseng coba liat kalau-kalau di website mitfahrgelegenheit (semacam nebengers gitu tapi bayar) ada yang nyetir dari kota di sekitar Bensheim ke Praha. Dan ternyata ada! Sementara harga kereta udah sekitar 60 sampai 90 Euro sekali jalan, bis sekitar 40 sampai 60 Euro sekali jalan, tebeng-tebengan ini cuma 25 Euro sekali jalan. Bermodal nekat (karena sebenernya saya bokek banget dan cuma bisa bawa sekitar 30 Euro untuk biaya hidup selama 4 hari di sana), saya pun memutuskan pergi.

Untuk berangkat, saya nebeng seorang berkebangsaan China yang kayaknya udah lama tinggal di Jerman dari Mannheim. Sementara untuk pulang, saya nebeng pasangan berkebangsaan Jerman yang abis liburan di Praha juga.

2. Persiapan

Puji Tuhan, Cinta punya kenalan yang lagi belajar di Praha bernama Adit. Dan Adit dengan senang hati menerima kami untuk numpang nginep di sana selama 3 malam. Biaya untuk penginapan pun udah bisa dibilang gratis. Saya pun mulai googling dan baca-baca buku traveling untuk persiapan sebelum berangkat ke Praha. Setelah riset, ternyata biaya hidup di Praha termasuk murah dibandingkan dengan negara-negara lain di Eropa. Mereka juga punya mata uang sendiri yang disebut dengan Krone (bukan Euro), meskipun mereka masuk ke Uni Eropa.

Kalau kata banyak website dan kata bukunya Rick Steves, sebaiknya saya ambil uang Krone ini di ATM setempat karena nilai tukar yang lebih baik. Hasil di internet menunjukkan bahwa nilai tukar 1 Euro adalah 26 Krone. Saya pun memutuskan untuk mengambil Krone langsung di kota Praha dan tidak membawa Euro sepeser pun.

Sayangnya, keputusan ini ternyata salah. (Sial, ya, padahal saya udah riset sebelumnya). Di ATM, saya mendapatkan nilai tukar per Euro sekitar 25,2 Krone (ditambah biaya ATM 5 Euro untuk sekali penggunaan ATM). Dan ketika saya sampai di pusat kota Praha, banyak sekali kedai penukaran uang yang memberi nilai tukar per Euro sampai dengan 27 Krone. Jadi saran saya untuk yang mau melakukan perjalanan ke kota ini, sebaiknya bawa aja Euro dan tuker di Praha (atau bahkan bayar pakai Euro karena banyak toko yang menerima Euro) daripada ambil uang di ATM.

3. Jalan-jalan di Praha

Untuk jalan-jalan di Praha, tergantung pilihan kita mau yang mengeluarkan banyak uang atau mau yang hemat. Di Praha ada tour kota gratis berdurasi 4 jam setiap hari yang dimulai di wilayah Old Town Square. Kita cuma perlu mencari sekelompok orang di dekat Astronomical Clocks yang membawa payung bertuliskan " setiap hari pada pukul 10.30 dan 14.00. Untuk tour gratis ini kita hanya perlu membayar tip. Saya dan Cinta memutuskan untuk tidak mengikuti tour ini karena lebih suka jalan-jalan sendiri.

  •  Old Town Square

Ketika saya di Praha, kebetulan di wilayah ini sedang diadakan pasar paskah atau Easter Market sehingga wilayah ini selalu dipenuhi manusia. Di wilayah ini terdapat banyak kafe dan restoran dengan berbagai harga. Salah satu yang khas dari wilayah ini juga adalah kereta kuda yang bisa kita naiki, dengan membayar sejumlah uang tentunya. Di wilayah ini terdapat beberapa hal menarik seperti jam astronomikal dan gereja-gereja. Untuk sekadar nongkrong-nongkrong dan menikmati hari, wilayah ini juga sangat tepat.


- Astronomical Clock


Jam ini adalah satu-satunya jam astronomi di dunia yang masih aktif sampai saat ini. Jam ini terletak di Old Town Square. Dari jam 9 pagi sampai 9 malam, jam ini menyajikan "aksi menarik" setiap jamnya. Setiap satu jam sekali, jam ini mengeluarkan bunyi-bunyian dan aksi dari "tokoh-tokoh" yang terdapat di dalam jam, salah satunya adalah tengkorak yang cukup mengerikan.

- Church of Our Lady Tyn & Church of St. Nicholas


Gereja yang sudah tidak dipakai sebagai tempat ibadah ini memiliki arsitektur khas Gothik dengan warna serba hitam dan atap yang serba lancip. Sayangnya, ketika saya ke sana saya tidak sempat memasuki gedungnya dan hanya melihat dari luar saja.

  •  Charles Bridge
ujung Charles Bridge di malam hari


Jembatan ini adalah salah satu dari beberapa jembatan yang terletak di Praha. Yang membuat jembatan ini istimewa adalah jembatan ini enggak bisa dilewatin oleh mobil dan kendaraan lain sehingga isinya hanya para pejalan kaki. Di sepanjang jalan ini, kita bisa melihat banyak "pedagang kaki lima" yang menawarkan bermacam-macam hal. Yang paling banyak saya jumpai di jembatan ini adalah pelukis pinggir jalan yang menyediakan jasa melukis wajah atau karikatur. Untuk melukis wajah, biaya yang dikenakan berkisar 150-an Krone sementara untuk karikatur dikenakan biaya lebih murah, sekitar 80-90 Krone. Di sepanjang jalan ini juga kita bisa melihat banyak penampilan dari musisi jalanan, dari mulai pop, jazz, sampai seriosa. Seru!

salah satu pelukis jalanan di Charles Bridge

salah satu cara "seniman" Praha cari uang, pake kostum, nongkrong di Charles Bridge, dadah-dadah sama orang-orang yang motret mereka

  •  Petrin Hill
Untuk menaiki bukit ini kita bisa menggunakan kereta funikular atau funicular railway tanpa harus membayar ekstra. Kalau kita udah pegang tiket harian atau tiga harian untuk transportasi umum di kota Praha, kita bisa menggunakan kereta funikular ini tanpa membeli tiket lagi. Perjalanan ke atas bukit juga jadi salah satu hal menarik karena pemandangan Praha yang luar biasa yang bisa dilihat dari atas.

jalur kereta funikular di bukit Petrin

pemandangan dari atas bukit Petrin

- Petrin Watch Tower
Di bukit Petrin terdapat menara pengawas Petrin atau yang sering disebut orang lokal sebagai Eiffel Mini karena struktur menara yang mirip Eiffel. Untuk menaiki menara ini, kita perlu merogoh kocek sebesar 60 Krone. Itu pun harus menaiki tangga yang disediakan. Untuk menggunakan lift kita dikenakan biaya ekstra. Saya dan Cinta memutuskan untuk tidak naik ke atas dan mengambil foto dari bawah.

menara pengawas Petrin yang sering disebut sebagai mini Eiffel

- Petrin Mirror Maze
Di wilayah bukit Petrin juga terdapat mirror maze. Sama dengan menara pengawas Petrin, untuk memasuki maze ini kita juga dikenakan biaya 60 Krone.
  •  Prague Castle
Walaupun disebut dengan castle atau istana, sesungguhnya wilayah Prague Castle ini bukan sepenuhnya istana melainkan wilayah gedung pemerintahan Republik Ceko. Wilayah ini cukup luas dan di dalamnya terdapat berbagai macam gedung, antara lain Golden Lane, Old Royal Palace, Basilica of St. George, Trasury of St. Vitus Cathedral, Powder Tower, dan Rosenberg Palace. Untuk bisa mengunjungi 4 tempat di antaranya, saya cukup membayar 125 Krone dengan menunjukkan kartu pelajar, sementara harga normalnya adalah 250 Krone.

Untuk memasuki wilayah ini kita tidak dikenakan biaya, tapi untuk memasuki setiap gedung yang ada kita harus membayar sejumlah Krone. Kita bisa memilih gedung apa saja yang ingin kita masuki dengan harga yang bervariasi. Semakin banyak gedung yang ingin dimasuki, semakin besar jumlah yang harus dibayar. Untuk masalah harga, harga yang diberikan untuk umum dan pelajar lumayan berbeda. Jadi untuk yang pelajar, jangan lupa bawa kartu identitas supaya bisa membeli tiket dengan harga murah. Kita bahkan bisa membeli beberapa tiket dengan satu kartu pelajar (dengan cara membeli di counter yang berbeda). Trik ini bisa dipakai kalau dalam satu rombongan enggak semuanya pelajar, hehe. Salah satu kesalahan saya adalah sebelum berangkat saya tidak jadi membuat kartu mahasiswa ISIC. Padahal kartu ini bisa dipakai untuk banyak hal di Eropa, termasuk membeli tiket dengan harga pelajar.

di depan pintu gerbang Prague Castle


- Old Royal Palace
Gedung ini merupakan gedung yang tadinya adalah istana kerajaan Bohemian Praha zaman dahulu kala. Walaupun tidak semenarik istana Versailles di Paris, gedung ini tetap menarik untuk dikunjungi.





- Golden Lane
Wilayah ini tadinya adalah komplek perumahan warga Praha tempo dulu. Rumah-rumah yang terdapat di wilayah ini sangat kecil dan hanya berisi satu sampai dua kamar. Tidak sedikit pengunjung yang datang harus menundukkan kepala untuk bisa masuk ke rumah-rumah di Golden Lane. Saat ini, selain digunakan untuk dipamerkan, rumah-rumah di Golden Lane juga digunakan untuk menjual souvenir dan berbagai macam benda lain.

salah satu rumah di area Golden Lane

  • Dancing House
Dibandingkan dengan objek wisata lain di Praha, rumah ini bisa dibilang baru karena masih berusia sekitar 10 tahun. Menurut seorang kenalan berkebangsaan Ceko, sempat ada perdebatan untuk pembangunan rumah ini karena dianggap merusak nilai sejarah yang ada di tengah kota Praha. Masih banyak pihak yang tidak setuju adanya bangunan berasitektur modern di tengah kota Praha. Tapi akhirnya, rumah ini toh jadi salah satu objek wisata yang menarik wisatawan di Praha.

Dancing house alias rumah bergoyang
  • Lennon Wall
Dinding ini sebenarnya hanya sebuah dinding sepanjang kurang lebih 5 sampai 7 meter dengan banyak "corat-coret". "Corat-coret" ini dipersembahkan untuk salah satu personil The Beatles, John Lennon, untuk mengenang karya-karyanya yang mengusung tema perdamaian. 


  • Jewish Quarter
Wilayah ini merupakan wilayah Yahudi yang terdapat di Praha. Di wilayah ini terdapat perkuburan orang Yahudi dan Sinagoge (tempat ibadah orang Yahudi). 

di depan salah satu Sinagoge di wilayah Jewish Quarter
  • Wenceslas Square
Wilayah ini bisa dibilang semacam pusat perbelanjaan di Praha karena di kanan kiri jalan hanya terdapat pertokoan yang menjual berbagai macam hal. Untuk yang mencari kartu pos, di wilayah ini terdapat satu toko buku yang menjual kartu pos dengan gambar berkualitas seharga 4 Krone saja (di tempat lain rata-rata toko menjual kartu pos seharga paling murah 10 Krone). Untuk yang enggak suka belanja, tempat ini tetap menarik karena di tengah-tengah wilayahnya selalu ada penampilan seni. Selama saya dan Cinta di sana, kami menyaksikan solois, band, sampai penampilan seni api dari seorang laki-laki muda. Untuk menyaksikan penampilan ini, kita cukup membayar serelanya. Dan kalau tidak suka, ya tidak perlu membayar.




4. Biaya-biaya

Untuk penginapan, kebetulan saya tidak perlu mengeluarkan biaya. Tapi untuk teman-teman yang memutuskan untuk menginap di hostel, biaya penginapan di Praha nyatanya memang tidak mahal sama sekali. Kita masih bisa menemukan hostel dengan konsep dorm seharga 6 sampai 10 Euro per malam. Kalau mau lebih hemat, cari hostel yang memberikan sarapan gratis sehingga bisa meminimalisasi biaya makan.

Untuk makan di pinggir jalan (makanan cepat saji seperti hamburger dan sebagainya), rata-rata harga yang diberikan sekitar 25 sampai 75 Krone (sama dengan 1-3 Euro atau Rp15.000 sampai Rp 45.000) untuk sekali makan. Untuk makan di restoran, Praha bisa jadi salah satu kota termurah di Eropa karena masih ada restoran yang menyediakan menu makanan seharga 100an Krone (sama dengan 4 Euro atau Rp 60.000) untuk satu menu makanan. Sementara di kota-kota di Jerman atau Belanda apalagi Perancis, kita harus rela mengeluarkan minimal 8 Euro untuk sekali makan di restoran.

salah satu menu di restoran Praha

Transportasi di kota Praha juga termasuk mudah. Kota ini punya Metro (atau kereta bawah tanah) yang cuma punya 3 jalur (metro A, B, dan C), tram yang menjangkau seluruh jalanan utama kota, dan bis yang menjangkau bagian pinggir kota. Sistem tiketnya cukup berbeda dibandingkan dengan Jerman atau Perancis atau Belanda yang mengukur berdasarkan jarak dari titik A ke titik B, di kota Praha tiket dihargai berdasarkan waktu pemakaian. Untuk tiket yang paling murah seharga 24 Krone untuk 30 menit perjalanan, 124 Krone untuk tiket seharian, dan 344 Krone untuk tiket 3 hari. Sebelumnya saya sempat kepikiran untuk bandel enggak beli tiket karena banyak baca-baca traveler yang enggak kena periksa sama sekali selama mereka berada di Praha. Tapi untungnya saya mengurungkan niat saya dan membeli tiket harian. Di hari terakhir saya di Praha, saya kena pemeriksaan, loh. Pemeriksanya muncul tiba-tiba entah dari mana dan bilang "ticket, please". Jadi sebaiknya sih jangan coba-coba untuk menggunakan transportasi umum tanpa tiket.

Tram yang ada di Praha. Tram baru dan lama digunain secara bersamaan di jalur yang sama

After all, kota cantik ini meninggalkan kesan tersendiri karena kecantikannya dan kesederhanannya. Kalau niat, kota ini juga mempunyai banyak nilai sejarah yang menarik untuk dipelajari.


Komentar

  1. Bermanfaat. Masih di Austria ya berarti, sampai kpn? Slm kenal dari Ingelheim hehe :)

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer