Perjalanan Singkat ke Belanda

Di bulan kedua saya di Jerman (Oktober), keluarga tamu saya mengadakan perjalanan ke Yunani. Karena itu, saya dapet libur, deh. Awalnya saya enggak kepikiran mau jalan-jalan karena memang belum kepikiran ke mana dan uang yang ada juga masih sedikit. Tapi kemudian, ayah saya di Indonesia cerita kalau ada kenalan dari gereja kami yang sedang menetap di Belanda. Ayah saya menyarankan saya untuk berkunjung ke sana sekalian liburan juga sekalian minta perlengkapan winter yang udah enggak mereka pakai. Hehe. Kebetulan, kenalan saya tersebut tinggal di kota Nijmegen (perbatasan Jerman dan Belanda) sehingga saya enggak harus beli tiket langsung ke Belanda. Saya hanya harus beli tiket ke Kleve (Jerman) dan mereka akan menjemput saya di sana.

1. Perjalanan dari Jerman ke Belanda
Empat hari pertama liburan saya habiskan di Marburg (Hessen) di rumah kakek dan nenek tamu saya. Dari sana, saya berangkat menuju Kleve. Saya menggunakan kereta Jerman (Deutsche Bahn) dari stasiun Marburg ke Kleve. Deutsche Bahn menyediakan tiket murah untuk perjalanan antarkota di Jerman (29 Euro sekali jalan). Karena perjalanan saya cukup jauh (sekitar 5 jam perjalanan), tiket murah yang disediakan mengharuskan saya untuk ganti kereta sebanyak 4 kali. Lumayan, ya. Hehe. Saya engga boleh ketiduran di salah satu kereta karena akan berakibat ke kereta-kereta selanjutnya. Sebenarnya saya bisa menggunakan kereta yang hanya perlu 1 atau 2 kali ganti atau bahkan yang tidak perlu ganti kereta sama sekali, tapi harganya jauh lebih mahal. Ada harga ada barang-lah kalau kata orang.

Meskipun begitu, saya yang suka jalan-jalan sih merasa senang dengan 4 kali ganti kereta ini karena artinya saya akan melihat lebih banyak stasiun. Berikut adalah itinerary perjalanan saya dari Marburg ke Kleve.

Ihiy. Saya dapat kesempatan melihat stasiun Koeln yang sangat cantik. Dalam hati saya berjanji harus jalan-jalan ke Koeln sebelum pulang ke Indonesia :D



Di antara 4 kali ganti kereta, salah satu yang cukup berat adalah di stasiun Siegen karena saya cuma punya waktu sekitar 4 menit dari kereta yang sebelumnya ke keberangkatan kereta selanjutnya. Saya harus berlari cukup kencang untuk mengejar kereta ke Dusseldorf. Seru, sih. Sekalian olahraga.

Akhirnya saya sampai di Kleve tepat waktu dan langsung bertemu dengan Bang Hendy dan Kak Deasy serta dua anak mereka yang lucu-lucu, Christian dan Karoline.




2. Nijmegen
Kata kak Deasy, kota Nijmegen ini adalah kota tertua di Belanda. Tapi katanya sih banyak kota-kota lain di Belanda yang mengklaim dirinya sebagai kota tertua di Belanda. Lucu, ya. Pada berlomba gitu untuk jadi yang paling tua. Hehe.

Saya dapat kesempatan selama 2 hari jalan-jalan di kota ini. Ditemenin sama ka Deasy, Christian, dan Karoline. Kota ini cantik, seperti kota-kota di Eropa pada umumnya hihi. Untuk perjalanan di dalam kota Nijmegen, tersedia bis dengan berbagai arah. Ongkos yang harus dibayar untuk penumpang yang enggak punya kartu abodemen adalah 2 euro untuk dewasa dan 1 euro untuk anak-anak. Untuk yang punya kartu, ongkos dihitung berdasarkan seberapa jauh kamu pergi. Jadi, sebelum naik bis kartu harus di-tap dan sebelum turun kartu harus di-tap lagi untuk mengecek seberapa jauh perjalanan. Kalau lupa tap, otomatis 10 euro akan diambil dari kartu. Tapi sistem ini enggak diterapkan di seluruh Belanda karena transportasi di setiap kota nggak selalu diurus oleh perusahaan yang sama.



Setelah itu, kami juga sempat melihat jembatan De Waagh yang sangat cantik dari jauh. Foto ini diambil dari Kronenburgerpar yang hijau dan sejuk.



Saya juga sempat mencicipi hering, ikan mentah yang katanya harus dicoba kalau jalan-jalan ke Belanda. Rasanya lumayan-lah. Amis-amis gimana gitu. Haha.
Harga untuk satu porsi ikan hering ini sekitar 3 Euro.


Selama di rumah Kak Deasy, rasanya bahagiaaaaa banget karena berasa di rumah. Selain stay sama orang Indonesia, Kak Deasy juga selalu masak makanan Indonesia. Yang tidak terlupakan adalah makan baso dan opor ayam khas Karo. Aaaah... *ngedadak laper*



3. Vollendam dan Amsterdam
Hari Sabtu, Kak Deasy sekeluarga pergi ke Vollendam untuk berfoto bersama pakai baju tradisional Belanda. Karena saya memang berencana untuk ke Amsterdam pada hari Sabtu, saya nebeng juga deh ke Vollendam. Sekalian ikut foto supaya mainstream, haha. Katanya sih, kalau ke Belanda wajib untuk foto di Vollendam. Kami memilih studio foto yang di depannya dipajang foto Rano Karno, Megawati, dan orang-orang terkenal lain di Indonesia. Ketika masuk studio, hampir semua orang di dalam bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia. Di tembok bahkan tergantung tulisan "awas copet". Mbak-mbak bule yang bantuin pengunjung juga menyapa dalam bahasa Indonesia. Harga yang harus dibayar untuk sekali foto adalah 20 euro. Lumayan, ya untuk biaya sewa baju tradisional Belanda.


Setelah berfoto, saya langsung meluncur ke Amsterdam dengan bis selama sekitar 30 menit. Di sana, sudah ada Kak Anien yang menunggu untuk menemani saya jalan-jalan di Amsterdam. Kota yang sangat terkenal ini memang cantik. Banyak bangunan kuno yang dilalui sungai yang cantik. Di kota ini juga terdapat banyak museum. Sayangnya, harga tiket masuknya lumayan mahal. Karena saya masih dalam tahap budget traveling, akhirnya cuma jalan-jalan keliling sambil lihat-lihat aja. Ya hitung-hitung supaya nanti ada alasan untuk datang lagi, hihi.

 Di depan stasiun Amsterdam Central.

 Sepeda-sepeda yang diparkir sembarangan di Amsterdam.

Salah satu objek foto wajib kalau ke Amsterdam. Lokasinya berada di depan Rijkmuseum.

Toko yang menjual berbagai macam kondom. Lucu ya.

Red district area di Amsterdam. Di jalan ini, kita bisa lihat cewek-cewek dipajang di etalase. Kalau yang berminat "sewa" bisa pilih dulu dari luar. Unik, ya. Haha.

Salah satu museum yang ada di Amsterdam.

4. Beribadah di Gereja Bethel Indonesia di Dordrecht

Saya menghabiskan waktu di Amsterdam sampai sekitar pukul 18.00. Setelah itu, saya ikut ka Anien pulang ke Dordrecht untuk menginap di rumahnya. Kami menggunakan kereta dari Amsterdam langsung ke Dordrecht. Ongkos yang harus dibayar adalah 10 euro dengan kartu diskon yang Ka Anien punya. Tanpa kartu diskon, harga yang harus dibayar adalah sekitar 14 euro.


Hari Minggu pagi di Dordrecht, saya beribadah di Gereja Bethel Indonesia. Uniknya, walaupun namanya gereja Indonesia, tapi hampir semua orang di sana berbahasa Belanda. Khotbah bahkan disampaikan dalam bahasa Belanda. Sebe;um khotbah disampaikan, pendeta bertanya kepada jemaat siapa yang tidak bisa berbahasa Belanda dan saya mengaku. Setelah itu, saya disediakan penerjemah yang duduk di sebelah saya :D
Setelah ibadah selesai, semua jemaat beramah tamah bersama sambil makan kue dan minum kopi atau teh. Kalau udah kumpul sama orang-orang Indonesia, suka lupa kalau saya lagi ada di negeri nan jauh :)


Perjalanan singkat ke Belanda ini sangat berkesan. Semoga lain waktu ada kesempatan lagi untuk mengunjungi berbagai tempat di Belanda :-)

Komentar

  1. Aaargh. Aku jadi kangen kaak :') apalagi stasiunnya. Doakan aku bisa ke sana lagi yaa. Anw, apa kabar ka Atha?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aminnnn! :)
      Kabarku baik Sep. Kangen rumah sih, tapi sekarang udah mulai kerasan di sini hahaha. Salam sama anak-anak iksi ya :*

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer